Sabtu, 01 Desember 2012

Belajar Menuliskan Kata


Masih ingat kapan pertama kali belajar menulis huruf?
Terbayang kan betapa susahnya mengenal mereka satu demi satu, lalu mengingat-ingat rupa ceria mereka, dan belajar menyatukan mereka dalam satu dua kata, frase, hingga kalimat-kalimat sederhana?
Masih ingat kapan terakhir membaca kata-kata dengan bibir masih terbata mengeja?
Kadang masih terasa bagaimana lelahnya berkata-kata sementara tak tahu makna, tapi diri ingin belajar ketahui.
Masih ingat kapan pertama kali belajar mengenal angka?
Mengenal dari yang biasa, mengerti dari yang sedikit, menghitung dari yang sederhana, menghitung dari apa yang bisa dihitung dan terhitung.
Ya, di masa kecil itu, masa yang penuh dengan pembelajaran. Belajar dari A sampai dengan Z, belajar dari nol sampai tak hingga, atau tak terdefinisi. Lantas, jari jemari yang lugu belajar menorehkannya dalam kertas tempat menuang. Benar menjadikan gembira, salah tak menjadi masalah. Namanya juga belajar.
Sekarang, mereka benar-benar menjadi sosok yang biasa. Biasa dijumpai dalam lembaran kertas dalam seonggok buku. Biasa diketemukan dalam monitor komputer, laptop, handphone, termasuk segala jejaring media dan segala aksesori seputar internet yang mengglobal. Tapi, apakah lantas dengan serta merta diri menjadi dekat, dan mereka bisa memberi manfaat? Semuanya bergantung kepada siapa yang ingin menggali makna dalam setiap rangkaian kata.
Apakah semua hanya mampu menjadi penyimak? Menjadi pasivis yang tak bisa menuangkan makna yang tersimpan dalam dada, tapi pandai berbicara mengumbar apa yang mereka anggap sebagai sebuah kepandaian, yang lantas seolah kata-katanya menyirna?
Seiring jari jemari yang melompat di atas tuts keyboard, hati serasa tertampar dengan perkataan sendiri. Memecah pikiran yang terasa terbelenggu ragu dan malu, seraya berucap dan bertekad, “Mari belajar menulis”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar